Selasa, 24 Maret 2009

KIAT SUKSES BUKA USAHA KAKI LIMA

Tak punya modal dan tempat usaha kerap menjadi alas an klasik penyebab enggannya seseorang membuka usaha. Padahal, untuk memulai usaha tak selalu perlu modal besar dan tempat usaha yang mahal. Konsep usaha kaki lima bisa jadi alternative bagi Anda yang ingin segera memulai usaha. Modal yang dikeluarkan relative terjangkau, apalagi memanfaatkan lahan nganggur sebagai tempat usaha sementara. Terbukti, banyak usaha kaki lima yang eksis bahkan sukes dengan jumlah pelanggan yang terus membanjir. Nah, seperti apa gambarannya? Dan Bagaimana kiat sukses membuka usaha kaki 5 ?


Modal memang salahsatu faktor yang diperlukan sebelum memulai usaha. Namun, tak cukup hanya dengan modal, lantas membuat seseorang membuat usaha. Banyak faktor lain seperti tempat usaha hingga ide dan perencanaan serta keberanian untuk menjadi seorang pengusaha. Jika anda telah memiliki gagasan, konsep usaha serta persiapan yang matang, namun terhambat kendala modal dan lokasi usaha, mencoba usaha dengan konsep kaki 5 bisa jadi ajang uji coba anda memulai usaha.

Aneka Konsep. Management Consultan PPM, Yanto Sidik Pratiknyo mengungkapkan untuk mengantisipasi minimnya modal dan tidak adanya tempat usaha merintis usaha dengan konsep kaki 5 bisa jadi pilihan. Beragam kosep kaki 5 seperti tenda, gerobak, angkringan hingga lesehan kadang lebih menarik konsumen. Bukan hanya itu, bagi pelaku usaha konsep kaki 5 yang biasanya menggunakan lahan nganggur seperti di pinggir jalan bisa menekan biaya sewa lahan yang terus melambung. Lebih lanjut, Yanto menyebutkan usaha dengan konsep kaki 5 bukan hanya dipinggir jalan, namun outlet didalam mal tetepi tak memiliki tempat tetap itu pun disebut usaha dengan konsep kaki 5.

Sutinah dan Cahyono adalah contoh pelaku kaki 5 gerobak yang telah menekuni usaha sejak 7 tahun yang silam. Pasangan asal Jawa Tengah ini menawarkan biah potong, rujak buah, dan es buah. Bertempat di Jl. Keuangan Cilandak, Jaksel, usahanya selalu didatangi pelanggan dari pukul 9 pagi hingga 5 sore. “Kami jualan dengan gerobak lebih praktis, bisa diurus sendiri dan lebih bebas menentukan waktu usaha”, ujar Cahyono.

Namun usaha kaki 5 tidak melulu identik dengan gerobak saja. Seperti halnya Slamet dan Sugeng Rahayu, kedua pria dengan logat kental ini memilih model angkringan untuk memilih gulai sapi di sebelah timur bibir jalan Plaza Blok M, Jakarta Selatan. Meskipun bersaing dengan usaha kaki 5 model tenda yang lebih moncer seperti Ayam Bakar Ganthari yang letaknya persis berhadapan, tetapi model penjualan yang santai dengan bangku yang bisa berpindah-pindah, juga suasana nyaman kiranya tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi usaha yang ngetop dengan sebutan”Gultik” atau Gule Tikungan.
Menanggapi munculnya aneka jenis konsep kaki 5 seperti gerobak dorong, angkringan, dan warung tenda, Yanto mengatakan bahwa dalam berbisnis, persaingan usaha akan selalu muncul dari satu pelaku terhadap pelaku usaha lainnya apapun bentuk dari konsep usaha tersebut. Dalam menghadapi persaingan ini, selain mengedepankan pelayanan dari hasil produk yang ditawarkan seperti rasa dan tampilan produk, inovasi menjadi hal yang penting. Pun inovasi itu harus disesuaikan dengan permintaan pasar agar tak ditinggalkan pelanggan. Gambaran tersebut terlihat jelas dilakukan oleh pengelola Ayam Bakar Ganthari. “Kami berusaha membuat menu baru, misal saja Sate Komo, Iga Bakar, dan Sup Iga agar pelanggan tak bosan dengan menu ayam saja”, ungkap Haryanto, Pengelola Ganthari yang mengusung konsep tenda itu.

Keuntungan. Berbagai konsep penjualan dengan cara kaki 5 tentunya memiliki tujuan yang sama yakni meraih konsumen sebanyak-banyaknya. Cahyono dan isterinya merintis usaha bermodalkan 2 gerobak dorong. Tak dinyana dengan modal minim, keduanya mampu mereguk untung hingga 50 % setiap kali jualan. Hasil yang menggiurkan juga diperoleh Slamet dan Sugeng yang membuka angkringan Gulai Sapi dari pukul 5 sore sampai 3 pagi. Dari 10 kg gulai dan sebakul nasi, Slamet, Sugeng dan 5 pedagang gulai lainnya rat-rata mampu meraup keuntungan hingga 40% dari modal usaha Rp. 250 ribu – Rp. 300 ribu per harinya.

Meskipun berada di lokasi pinggir jalan yang disesaki pedagang kaki 5 di kawasan Blok M, Ayam Bakar Ganthari pantang mundur menarik pelanggan. Dengan menu ayam bakar yang menggugah mampu menggiring untung hingga 25% setiap bulannya. Hebatnya lagi, saking membludaknya pelanggan usaha tenda kaki 5 itu, merasa perlu membuka 10 outlet yang menyebar di ibukota untuk memenuhi tingginya permintaan pelanggan.

Besarnya keuntungan yang diperoleh usaha kaki 5 ini tak terlepas dari biaya sewa tempat yang terjangkau. Jika sewa tempat permanen mencapai Rp. 1 juta tiap bulannya, usaha kaki 5 paling banyak mengeluarkan biaya retribusi, uang kebersihan, uang sampah, maupun uang paguyuban sekitar Rp. 200 – 300 ribu sebulannya. Tentu biaya ini tak akan menggerus keuntungan yang diperoleh. Apalagi lokasi usaha tersebut selalu ramai dikunjungi konsumen setiap harinya.

Gambaran keuntungan usaha kaki 5 diperjelas Yanto bahwa untung besar bisa juga diperoleh lantaran investasi yang dikeluarkan cukup terjangkau. Bukan hanya itu, fleksibelitas usaha yang tinggi (mudah berpidah-pindah), pengaturan layout yang mudah berubah menyesuaikan kondisi hingga mempertunjukkan proses memasak, meramu, atau menyajikan mampu menarik pelanggan singgah di tempat usaha tersebut.

Kendala. Meskipun usaha kaki 5 rat-rata mampu mengantongi keuntungan yang besar, namun usaha ini memiliki resiko dan kendala yang perlu diantisipasi. Yanto menuturkan bahwa kendala bisa datang dari dalam dan dari luar seperti halnya cuaca dan juga kualitas produk itu sendiri. Cuaca tentunya berpengaruh pada penjualan kaki 5 dengan konsep gerobak, angkringan, maupun lesehan. Namun tidak begitu berpengaruh pada pada usaha kaki 5 berkonsep warung tenda.

Dituturkan Cahyono dan juga Sugeng, kendala terbesar usaha mereka adalah saat musim penghujan datang. “Orang akan malas beli di tempat usaha yang terkena hujan, jadi kalau musim hujan kadang kami hanya buka setengah hari itu pun dengan sedikit pembeli,” ungkap Sugeng. Dengan demikian omset bisa turun hingga 50 %.

Selain pengaruh cuaca, penertiban jalan oleh tim Trantib merupakan kendala lainnya dalam menjalani usaha kaki 5. “Kalau ada Trantib biasanya dikasih tau dahulu, jadi kita tidak jualan lagi. Capeknya jualandi pinggir jalan ya seperti ini”, Sutinah menambahkan.

Untuk usaha kaki 5 yang sukses membuka cabang di beberapa tempat, Yanto menuturkan bahwa usaha tersebut memiliki kendala di bidang pengendalian mutu dan control produk di setiap cabangnya. Sedangkan untuk menanggulangi minimnya hasil penjualan pada musim hujan, bisa disiapkan tenda yang mudah dipasang dan berpindah tempat.

STRATEGI PEMASARAN USAHA KAKI LIMA

1. Fokus pada salahsatu produk / menu. Namun jika memungkinkan untuk menambah menu, tambahlah yang sesuai dengan menu utama.

2. Pilih produk yang di tempat tersebut belum ada, atau jika sama pikirkan ke-khas-an dari produk Anda, seperti nama menu maupun cara penyajiannya.

3. Buat standar operasi yang sederhana namun jelas sehingga bisa membantu dalam mengelola usaha kaki 5 misalnya buku laporan keuangan.

4. Menentukan target pasar. Sesuaikan dengan kondisi lingkungan dimana usaha akan dibangun. Misalnya gerobak es buah di sekitar sekolah, angkringan di dekat pasar atau roti bakar didekat pusat perbelanjaan.

5. Penentuan lokasi dan jam buka usaha dengan tepat. Misalnya, jika dipinggir toko jam buka sore hingga malam, jika dipinggir jalan pagi-sore.







Peluang Usaha/04/11/08


3 komentar: